Netizensulut.com, Ekbis – Penguasa Bank Indonesia 2024, Siapa saja Mereka ? Simak ulasan selengkapnya.
Siapa yang tidak kenal dengan para konglomerat yang menjadi penguasa Bank Indonesia bahkan Perbankan di Indonesia?
Mereka adalah sosok-sosok yang memiliki kekuasaan besar dalam menggerakkan roda ekonomi negara.
Dengan aset yang mencapai triliunan rupiah, 12 konglomerat ini menjadi pemain utama yang menguasai sebagian besar pangsa pasar perbankan di Tanah Air.
Dalam konteks kepemilikan konglomerat, biasanya entitas perbankan memang menjadi salah satu portofolio bisnis yang wajib di miliki lantaran memiliki pertumbuhan yang kuat dan bisa menjadi bisnis yang berfungsi melengkapi ekosistem mereka di industri lain, seperti sektor riil, perdagangan, properti, dan investasi.
Lantas, siapa saja penguasa bank di Tanah Air? Berikut daftarnya yang kami kutip dari laman finansial.bisnis.com
Begini Daftar Penguasa Bank Indonesia:
1. Hartono Bersaudara
Saat ini, PT. Dwimuria Investama Andalan merupakan pemegang 54,94% saham BCA.
Adapun PT. Dwimuria Investama Andalan di miliki oleh Budi Hartono dan Bambang Hartono, dua orang terkaya di Indonesia, sehingga keduanya merupakan pengendali terakhir BCA.
Keluarga Hartono di ketahui telah membeli saham BCA setelah keluarga Salim kehilangan kendali terhadap bank selama krisis ekonomi Asia 1997-1998.
Kini BCA menjadi bank terbesar ketiga dari sisi aset dan bank swasta terbesar di Indonesia.
PT. Bank Central Asia Tbk. atau BBCA mengantongi laba sepanjang 2023, naik 19,4% menjadi Rp48,6 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy).
Aset perseroan tumbuh sebesar 7,1% yoy menjadi 1.408 triliun.
Tak hanya itu, BCA juga memiliki bank digital melalui anak usaha, bernama Blu yang hadir usai BCA mengakuisisi PT. Bank Royal Indonesia pada 2019 dan di kembangkan menjadi PT. BCA Digital BCA pada 2020.
Saat ini, BCA Digital alias blu mencatatkan aset naik 22,18% menjadi Rp13,51 triliun pada 2023 di banding periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,05 triliun.
Lalu, Blu juga membukukan laba bersih Rp46,04 miliar sepanjang 2023, berbalik dari kondisi rugi sebesar Rp71,6 miliar pada 2022.
2. Chairul Tanjung
Chairul Tanjung merupakan orang kaya keenam di RI sekaligus sosok yang paling banyak menguasai bank di RI.
Melalui PT. Mega Corpora, dirinya secara langsung maupun tidak langsung menguasai lima bank di Tanah Air.
Perinciannya, tiga bank berstatus anak usaha yakni PT. Bank Mega Tbk.
(MEGA), PT. Bank Mega Syariah, serta PT. Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).
Tak hanya itu, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora juga terpantau menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah, seperti di Bank Sulteng yang memiliki 24,9% saham dan menggenggam sebanyak 24,82% di Bank Sulutgo.
Bank Mayapada Internasional
3. Dato Sri Tahir
Dato Sri Tahir adalah pemilik Bank Mayapada.
Ia berbagi kepemilikan struktur pengendali saham PT. Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) dengan perusahaan asal Taiwan, yaitu Cathay Insurance.
Sebagai catatan, Bank Mayapada mencatatkan laba bersih Rp66,02 miliar pada kuartal III/2023, tergerus 39,83% secara tahunan dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp109,74 miliar.
4. Keluarga Riady (Grup Lippo)
PT. Bank Nationalnobu Tbk atau Bank Nobu (NOBU) di miliki oleh taipan James Riady.
Sosoknya melalui PT. Putera Mulia Indonesia (PMI) menjadi resmi menjadi pemegang saham pengendali (PSP) terakhir atau ultimate shareholder Bank Nobu, menggantikan ayahnya Mochtar Riady.
Saat ini, keluarga Riady memiliki kekayaan US$1,4 miliar atau setara dengan Rp22,04 triliun per 19 Maret 2024.
Adapun, Bank Nobu membukukan laba bersih Rp141,54 miliar, naik 36,3% pada 2023, dari sebelumnya Rp103,85 miliar pada 2022.
Data berdasarkan Forbes (Orang Kaya Dunia)
5. Anthoni Salim
Konglomerat Anthoni Salim, merupakan pemilik PT. Bank Ina Perdana Tbk. (BINA).
Berdasarkan data Forbes, kekayaan Anthoni tercatat sebesar US$10,3 miliar atau setara dengan Rp161,12 triliun per Desember 2023.
Tercatat, Bank Ina membukukan laba bersih Rp170,49 miliar pada kuartal III/2023.
Jika di bandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, angka tersebut melesat 79,77% dari periode sebelumnya pada yaitu Rp94,83 miliar pada kuartal III/2022.
6. Hary Tanoesoedibjo
Melansir dari situs resmi perusahaan, PT. Bank MNC Internasional Tbk (MNC Bank) lahir setelah MNC Group mengakuisisi PT. Bank ICB Bumiputera Tbk.
Saat ini, bank milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo mencatatkan laba bersih Rp77,91 miliar pada 2023, meningkat 48,4% secara tahunan (year on year/yoy) di bandingkan laba bersih tahun sebelumnya Rp52,5 miliar.
Bankir Veteran Bank Jago
7. Jerry Ng
Bankir veteran Jerry Ng, mendapatkan kekayaannya dari saham di PT. Bank Jago Tbk. (ARTO).
Lantaran, dia mengakuisisi saham yang kemudian disebut Bank Artos pada Desember 2019.
Bank Jago kemudian bertransformasi menjadi bank digital dan ingin bekerja sama dengan perusahaan fintech kecil dan menengah.
Tercatat, Bank Jago telah meraup laba bersih Rp72,36 miliar pada 2023, naik 354,74% yoy dari periode sebelumnya Rp15,91 miliar pada 2022.
8. Mu’min Ali Gunawan
Kemudian, PT Bank Panin Tbk. (PNBN) milik konglomerat Mu’min Ali Gunawan.
Saat ini di ketahui berbagi kepemilikan dengan pemegang saham ANZ Group yang berasal dari Australia.
Dalam struktur pemegang saham, Mu’min Ali menjadi salah satu pengendali saham di Bank Panin lewat PT. Panin Investment.
Sebagai informasi, Bank Panin telah membukukan laba bersih yang di atribusikan kepada pemilik sebesar Rp2,53 triliun.
Dari sisi intermediasi, PNBN mencatatkan penyaluran kredit Rp148,49 triliun sepanjang 2023, tumbuh 8,4% yoy. Aset pun naik 4,5% yoy menjadi Rp222,01 triliun.
Tak hanya PNBN, Panin juga memiliki entitas syariah yakni PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS).
Di mana, pengendalinya adalah PT. Bank Panin Tbk yang menguasai 67,3% saham perseroan dan Dubai Islamic Bank PJSC dengan porsi kepemilikan 25,1% saham.
PNBS membukukan laba bersih mencapai Rp244,69 miliar sepanjang 2023, di banding tahun sebelumnya yoy yang mencapai Rp250,53 miliar.
Distributor Komputer Compaq di Indonesia
9. Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Eddy Kusnadi Sariatmadja merupakan salah satu pendiri Emtek pada tahun 1983 sebagai distributor eksklusif komputer Compaq di Indonesia, dan dia memiliki mayoritas saham perusahaan tersebut, yaitu 21,94% atau setara dengan 13,44 miliar saham.
Sebagai informasi, PT. Super Bank Indonesia (Superbank) merupakan bank dengan layanan berbasis digital.
Superbank merupakan brand baru menggantikan PT. Bank Fama International, sebuah Bank Umum yang didirikan di Bandung, 5 Maret 1993.
Di tahun 2021, kepemilikan Bank Fama beralih kepada Grup Emtek yang di wakili oleh PT. Elang Media Visitama dan PT. Nusantara Berkat Agung.
Dilanjutkan dengan bergabungnya Grab melalui A5-DB Holdings Pte Ltd dan Singtel melalui Singtel Alpha Investment Pte Ltd sebagai pemilik saham untuk mendukung transformasi Bank Fama menjadi bank dengan layanan berbasis digital.
Sebagai bank digital milik EMTK Superbank membukukan rugi 148,15% secara tahunan yoy menjadi Rp385,1 miliar pada 2023, di bandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp155,18 miliar.
Bank Sinar Mas – Eka Tjipta Widjaja
10. Eka Tjipta Widjaja
Bank Sinar Mas di dirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja dan di dirikan pada 18 Agustus 1989.
Awalnya bernama PT. Bank Shinta Indonesia, tetapi kemudian berubah menjadi PT. Bank Sinarmas Tbk (BSIM).
Dalam struktur pemegang saham, pengendali BSIM sendiri adalah PT. Sinar Mas Multiartha Tbk yang menguasai 29,995% saham perseroa.
Bank Sinarmas pun membukukan laba bersih Rp140,31 miliar sepanjang enam bulan pertama 2023.
Jika di bandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, angka tersebut turun 5% yoy dari posisi sebelumnya Rp148,23 miliar.
Selain itu, Grup Sinarmas kini juga telah memiliki PT. Bank Nano Syariah (Nanobank Syariah).
di mana perseroan ini telah merampungkan proses spin off Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Sinarmas yang resmi efektif beroperasi per 2 Januari 2024.
Sejauh ini, permodalan Nanobank Syariah masih didukung sepenuhnya oleh Bank Sinarmas (BSIM) selaku pemegang saham pengendali (PSP) dengan porsi kepemilikan 51%.
Sementara, kepemilikan saham lainnya digenggam oleh PT. Sinarmas Multiartha sebesar 25% dan PT. Asuransi Sinarmas sebanyak 24% Berdasarkan laporan keuangan, saat ini Bank Nano Syariah memiliki laba Rp20,28 miliar per Januari 2024.
Sampoerna Investama atau Bank Sahabat
11. Keluarga Sampoerna Bank Sahabat
Sampoerna merupakan entitas bisnis keuangan keluarga Sampoerna melalui PT. Sampoerna Investama.
Tercatat, bank ini mencetak laba Rp62,01 miliar, tumbuh 131,25% pada 2023, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp26,81 miliar pada 2023.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan berdasarkan rencana bisnis bank (RBB), tahun ini Bank Sampoerna tetap menargetkan pertumbuhan bisnis pesat.
“Tahun ini tumbuh dobel digit, 10%-15% untuk pertumbuhan kredit,” katanya, Jumat (15/3/2024).
Nantinya, dalam mendongkrak target kredit tersebut, Bank Sampoerna fokus menggarap pasar UMKM.
12. Grup Astra
PT. Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) besutan PT. Astra International Tbk. (ASII) membukukan rugi bersih Rp47,44 miliar pada 2023.
Padahal, setahun sebelumnya BJJ membukukan laba bersih Rp60,96 miliar.
Sebagaimana di ketahui, Astra masuk mengambil alih BJJ melalui PT. Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial.
Pada 2022, Astra bersama WeLab Sky Limited mengakuisisi BJJ senilai US$500 juta.
Setahun setelahnya, BJJ kemudian di kembangkan menjadi bank digital baru.
Demikian ke-12 penguasa Bank Indonesia yang juga merupakan salah satu pengontrol ekonomi nasional.
Komentar